Selasa, 11 Desember 2012

Resensi novel Ibuku Perempuan Berwajah Surga

Diposting oleh Unknown di 07.26

Ibuku Perempuan Berwajah Surga
Judul buku                :   Ibuku Perempuan Berwajah Surga
Penulis              :   Novanka Raja
Tahun penerbit  :   2012
Penerbit            :   Zettu
Jumlah halaman :   242 halaman
Ukuran buku      :  13 cm x 19 cm
Harga               :   Rp 37.500,-
                                                                     198760 (1).jpg




Pendahuluan

          Buku Ibuku Perempuan Berwajah Surga ini mengisahkan tentang keteguhan dan ketulusan seorang ibu yang harus menjaga, merawat, dan membesarkan buah hatinya seorang diri tanpa mengeluh. Juga kecerdasan hati untuk tetap mempercayai bahwa Tuhan tak pernah ingkar janji dan kekuatan cinta pada-Nya menjadikan ia seorang wanita tangguh, ibu tanpa keluh, yang layak mendapatkan surga-Nya penuh. Alasan saya memilih buku ini karna buku ini cukup menarik untuk dibaca baik oleh remaja maupun orang dewasa, karena menceritakan tentang perjuangan seorang ibu dan anak yang tetap berbakti pada orang tuanya walau hidup terpisah, yang dapat membuat kita mengingat kembali jasa seorang ibu.
          Novel ini ditulis oleh Novanka Raja yang lahir di Tegal pada tanggal 13 november 1983, ia sempat berkecimpung pada dunia IT sebelum memutuskan terjun ke dunia penulisan pada tahun 2009. Ia juga aktif di beberapa komunitas seni, sastra dan budaya serta menulis skenario dan juga buku. Beberapa novel yang pernah ditulis antara lain Novelet Dawai Cinta Di Kala Senja (2009), Bulu (2010) Ego Centris (2011) dan novel terbarunya Ibuku  Perempuan Berwajah Surga (2012).
          Isi Pernyataan
Novel ini menerapkan alur maju, yang menceritakan kisah hari ini dan seterusnya di masa depan secara berurutan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari sehinnga mudah untuk dipahami. Latar tempat pada novel ini adalah beberapa daerah di Kota Malang yang cukup sibuk. Cukup banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari novel ini mengenai cara kita berjuang menjalani kehidupan.



Tokoh dalam kisah ini ialah:
Risma, seorang mahasiswi cerdas di sebuah  kampus terkenal di Malang yang dijagokan menjadi presiden EM. Perkenalannya dengan Andre berujung pada percintaan yang membuahkan seorang anak bernama Rumi tanpa terikat sebuah pernikahan.
Dini, teman baik Risma yang selalu membantu Risma dalam proses pemilihan presiden EM.
Andre, seorang pemuda tampan tapi dikenal sebagai anak mami, sombong, dan  juga sosok  playboy yang gemar gonta ganti pacar. Namun dari semua penilaian tersebut Andre merupakan mahasiswa kedokteran yang cerdas. Andre bertemu Risma dan akhirnya jatuh cinta.
Yogi, pemuda yang baik,ia sangat menyukai Risma, Yogi selalu setia menemani dan menunggu Risma dimanapun dan kapanpun. Walaupun kenyataannya cinta Yogi hanya bertepuk sebelah tangan.
Ibunya Andre, sosok yang angkuh dan mementingkan dirinya sendiri  ia selalu meminta Andre agar menikah dengan gadis yang sederajat denganya.
Rieska, sosok gadis yang cantik , ia terlahir dari keluarga yang terpandang, Rieska adalah gadis  yang manja. Ia pilihan ibu Andre untuk menjadi calon istri Andre.
Rumi, anak Risma dan Andre, tidak hanya tampan ia juga pemuda yang cerdas dan berbakti kepada orangtuanya.
Kirana adalah seorang model yang cukup ternama dan memiliki  garis keturunan keraton Jawa. Kirana merupakan gadis pilihan nenek untuk dijodohkan kepada Rumi.
Nadia adalah seorang pelajar SMA kelas 2 yang merupakan kekasih Rumi.


Tentang cerita

          Pagi yang cerah, udara terasa begitu sejuk menusuk kulit. Seorang gadis berparas cantik, berkulit sawo matang begitu terburu-buru keluar dari kamar dan berjalan menyusuri gang sempit mrnuju ke jalan raya. Risma, gadis cerdas itu hampir terlambat menghadiri pemilihan Presiden EM yang baru dimana ia dijagokan sebagai salah satu kandidat. Beruntung, seorang pemuda bernama Yogi yang juga teman satu kampusnya memberi tumpangan di vespa kesayangannya hingga Risma tiba tepat ketika acara briefing sebelum pemilihan Presiden EM yang baru dimulai.
Risma merupakan mahasiswi semester  enam yang mengambil jurusan ilmu komunikasi. Berasal dari kelurga sederhana yang tinggal di Madiun , ayahnya hanyalah seorang guru di Madrasah, sementara ibunya seorang penjual nasi pecel. Sebagai anak perempuan satu-satunya, Risma juga merupakan anak kesayangan yang selalu diperhatikan semua kebutuhannya. Meskipun begitu sejak kecil risma selalu belajar mandiri dan tidak ingin merepotkan orangtuanya, apalagi setelah kematian kakak laki-lakinya, maka otomatis Rismalah yang menjadi anak tertua dan mengatur semua adik-adiknya.
          Sementara itu seorang pemuda dengan pakaian kemeja rapi tengah sibuk mencari Pak Broto, dosen nya untuk minta diACC skripsinya. Namun ternyata Pak Broto sedang menghadiri briefing untuk pemilihan Presiden EM yang baru di aula kampus. Pemuda bernama Andre itu adalah mahasiswa tingkat akhir jurusan kedokteran. Selain tampan, ia juga berasal dari keluarga kaya sekaligus sebagai pewaris tunggal. Hal ini membuat Andre di cap sebagai anak mami, sombong, dan juga sosok playboy yang gemar gonta-ganti pacar.
Andre duduk dibagian belakang aula sambil memperhatikan tempat Pak Broto duduk. Tak lama kemudian, seorang mahasiswa berjalan menuju podium dengan langkah tenang dan tatapan mata yang benar-benar teduh. Andre memperhatikan mahasiswi itu, entah mengapa Risma terlihat sangat mempesona di mata Andre. Gaya bicaranya, atau sekedar senyumnya membuat Andre tak ingin memalingkan wajahnya. Andre telah jatuh cinta kepadanya. Risma benar-benar sudah memikat Andre.
Ketika pemilihan pemilihan Presiden EM yang baru dimulai, Andre masuk ke bilik dan menulis nama Risma di kertas pemilihan. Tapi, tak hanya nama saja yang ia tulis. Ia menuliskan sebuah kalimat pendek berbunyi “Risma, kau mengagumkan!” yang membuat Risma tersipu malu juga penasaran ketika dibacakan oleh panitia pemungutan suara. Sayang Risma tak terpilih menjadi Presiden EM yang baru tapi walaupun kecewa, ia masih tertawa bersama teman-teman yang selalu mendukungnya.
          Keesokan harinya, Andre terlihat sudah rapi tak seperti biasanya. Ia pun langsung melesat ke Malang. Ia pun sudah tak sabar ingin berjumpa lagi dengan Risma, ia ingin sekali berkenalan langsung dengan Risma. Di sisi lain, Risma yang akan berangkat ke kampus bertemu dengan Yogi yang sudah menunggu dengan vespa bututnya namun Risma lebih memilih naik angkot. Tapi Yogi tetap membuntuti angkot yang ditumpangi Risma hingga sampai di kampus.
Ketika tiba di kampus dengan sedan merah maroonnya, Andre melihat Risma yang sedang berjalan ke arahnya. Akhirnya mereka berpapasan dan Andre pun sempat berkenalan singkat dengan Risma. Walaupun hanya sebentar namun itu sudah membuka jalan bagi Andre untuk lebih bisa mengenal Risma.
Beberapa hari selanjutnya, Andre mencoba lebih dekat dengan Risma. Akhirnya mereka pun mulai akrab, bahkan Andre dikenalkan pada teman-teman Risma. Dini dan Nadia menyambut Andre dengan baik. Mereka akhirnya mengetahui siapa yang menulis kalimat “Risma, kau menakjubkan!” di kertas itu. Di sisi lain sejak kedekatan Andre dan Risma, Yogi merasa terabaikan. Sejak kedekatan mereka Yogi mulai menjauh dari Risma. Ia tak pernah lagi menampakkan dirinya.
Suatu malam, Andre mengajak Risma pergi ke kawasan wisata di daerah Batu. Disana lah Andre mengungkapkan rasa cintanya terhadap Risma. Sejak kejadian itu, mereka semakin berani memperlihatkan kedekatan. Risma sering mengantar dan menunggu Andre mengurus skripsinya, sementara Andre pundengan sabar menunggu Risma kuliah agar bisa mengantarnya pulang. Sikap Andre yang selalu perhatian, atau malah terkadang dirasa terlalu melindungi membuat Risma merasa sangat diperhatikan. Hari-hari yang biasanya hanya terasa rutin dijalani, kini menjadi lebih berwarna. Risma merasa lebih bersemangat menjemput kehidupannya.
          Pada suatu malam, hujan deras kembali mengguyur kota Malang. Langit terlihat hitam pekatsekali kilatan petir menyambar . Sementara itu Risma tampak terbaring sambil terus memegangi perutnya, ia sangat kesakitan tetapi mencoba untuk ditahannya. Keringat dingin mulai bercucuran, sudah sepuluh kali Risma menelpon Andre, namun sayangnya tidak ada jawaban.Wajahnya semakin pucat, tiba-tiba saja semuanya menjadi gelap Risma pun terjatuh.
Sementara itu, Andre terlihat sangat menikmati pertandingan bola di televisi. Ibu Andre bertanya apakah Andre masih mengingat Rieska, anak Tante Martha yang tinggal di Singapura sambil memperlihatkan foto terbaru Rieska. Andre mengerti bahwa mamanya ingin menjodohkannya seperti yang sudah-sudah. Tapi Andre tak terlalu menanggapinya.
Di dalam kamar, Andre mengambil telepon genggamnya yang sedang di charge di meja dan melihat  ada sepuluh panggilan tak terjawab dari Risma. Andre segera menelepon balik, namun tidak ada jawaban. Andre mulai merasa khawatir, kemudian ia menghubungi Dini. “Risma tadi setelah magrib terjatuh di kamarnya, untung tetangga kamarnya mendengar suara gaduh. Risma kini dirawat di rumah sakit. Menurut dokter sih tidak apa-apa, tinggal menunggu hasil lab karna diperkirakan ada infeksi saluran pencernaan,” tutur Dini panjang lebar.
Andre langsung menuju ke rumah sakit dan masuk ke kamar perawatan Risma. Andre mengusap kening Risma penuh sayang.Tak berapa lama kemudian, masuk seorang dokter untuk memeriksa Risma yang masih tidur pulas.
          Dokter memberitahu Andre bahwa Risma tidak hanya infeksi pada saluran pencernaannya, tetapi dari hasil lab diketahui kalau Risma sedang mengandung 1,5 bulan. Andre terperanjat mendengar perkataan dokter bahwa,Risma sedang mengandung anaknya.
Andre memasuki kamar rawat Risma dengan raut wajah bahagia. Tak berapa lama, masuk Yogi yang membawa Risma ke rumah sakit. Yogi keluar karena tak enak hati pada Andre dan akhirnya pulang bersama Dini. Kemudian Andre menghampiri Risma yang masih terkulai lemah, ia mengatakan kepada Risma bahwa ia akan bertanggungjawab atas anak yang dikandungannya.
          Andre pun memutuskan untuk memperkenalkan Risma dengan keluarganya. Namun sayangnya pertemuan Risma dengan Ibunya Andre tidak berjalan mulus. Ibunya Andre menentang hubungan mereka, karena Risma hanya seorang gadis kampungan, keluarganya miskin dan tidak memiliki masa depan sedangkan Andre adalah pemuda yang berasal dari keluarga terpandang.
          Walaupun ibunya tidak merestui, Andre tetap bersikeras untuk menikahi Risma, Andre bahkan mengatakan kepada orangtuanya bahwa Risma telah mengandung anaknya. Namun pengorbanannya selama ini  sia-sia, kelurga Andre tetap saja tidak memberi restu, bahkan Andre akan segera dijodohkan dengan Rieska perempuan yang sederajat dengannya. Percintaan mereka akhirnya putus di tengah jalan, akibat orangtua Andre yang selalu memaksakan kehendak.
Berbulan-bulan sudah dilalui, Risma pun tak kunjung ada kabar, kos-kosannya pun sudah pindah. Terakhir kali Risma menampakkan diri di kampus sebulan yang lalu, saat itu ia sedang hamil besar, ia terus dilecehkan, dihina bahkan ada yang memaki sebagai perempuan murahan, namun ia tetap tabah dalam menghadapinya. Karna kandungannya sudah semakin membesar ia pun memutuskan untuk berhenti kuliah.
          Risma yang juga telah diusir oleh bapaknya yang menganggapnya sudah mencemarkan nama baik keluarga. Kini ia tinggal di sebuah kontrakan kecil di dalam komplek perumahan sederhana, kampung yang dihuni oleh para pendatang yang berjualan di pasar. Dengan kondisi hamil besar, Risma mencukupi kebutuhannya dengan bekerja sebagai tukang setrika di beberapa tetangganya. Satu-satunya teman yang masih sering menjenguk bahkan kadang membawakannya makanan hanyalah Yogi. Yogi yang sangat mencintai Risma bahkan suatu hari mengatakan jika ia mau menjadi Bapak untuk anak yang dikandung Risma. Namun Risma menolak karena merasa tak pantas dicintai oleh lelaki sebaik Yogi. Ia juga tak suka saat Yogi terus menyalahkan Andre.
Suatu hari, Risma melahirkan bayinya dibantu oleh tetangganya yang membawanya ke rumah sakit. Bayinya sehat, seorang kesatria laki-laki yang sangat tampan. Saat bingung memilih nama untuk bayinya, buku besar yang ada di meja tiba-tiba terjatuh sendiri. Buku karangan Jalaluddin Rumi. “Ya, itu nama anakku.. Rumi, ia akan dipanggil seperti itu…” kata Risma sambil mengecup kening anaknya. Kini ia punya semangat baru, matahari baru yang akan membakar api kehidupannya.
Bayi itu tumbuh menjadi anak yang sehat. Tubuhnya cukup tinggi untuk anak seusianya, kulitnya yang putih semakin menambah ketampanan Rumi. Sejak adanya Rumi, Risma selalu mengajaknya ikut bekerja mencuci baju tetangga. Tak jarang pula ia terpaksa menitipkannya ke tetangga. Risma begitu semangat bekerja, apalagi jika Rumi menyambutnya setiap kali pulang ke rumah. Sekedar meminta kue yang tak laku atau hanya minta digendong.
Setiap sore, Risma juga ikut membantu tetangganya berjualan baju di stasiun kereta. Biasanya ia membawa Rumi ketika berjualan karena akan pualng larut malam. Meski waktu yang dimiliki sangat sedikit, namun Risma mencurahkan segala kasih sayangnya kepada Rumi. Segala kesedihan dan kegetiran hidup tak pernah ia tunjukkan pada Rumi, ia tak ingin Rumi tumbuh menjadi laki-laki yang cengeng.
Satu hal yang membuat Risma bingung, bagaimana jika kelak Rumi menanyakan tentang Ayahnya. Risma belum bisa berterus terang jika Ayahnya tak bisa bersama ibunya, namun ia juga tak ingin Rumi menyimpan benci apalagi dendam pada ayahnya. Ia hanya mengatakan bahwa Ayahnya sudah meninggal dunia saat bekerja di laut.
Rumi yang memasuki usia 6 tahun semakin mengerti bahwa ia memiliki sosok ibu yang luar biasa. Rumi mulai mencoba untuk membantu pekerjaan ibunya, namun ia justru membuat kesalahan yang membuat ibunya dimaki orang. Namun, sikap ibunya malah membuatnya makin menghargai dan menyayanginya. Tak pernah Risma memarahi Rumi dengan kata-kata kasar, ia selalu mengajarkan Rumi dengan sikap dan kata-kata yang lembut. Hidup semakin penuh keriangan. Kenangan tentang Andre pun benar-benar hilang dari pikiran Risma yang kini hanya fokus untuk merawat dan membesarkan Rumi. Risma menyekolahkan Rumi di sebuah sekolah negeri yang tak terlalu mahal. Rumi selalu menduduki peringkat pertama dari kelas 1 sampai kelas 4.
Suatu hari, Rumi mengetahui bahwa ibunya sangat menyukai liontin berbandul bulan sabit yang selalu dipandangnya saat melewati toko perhiasan. Rumi bertekad membelikan ibunya liontin sebagai hadiah ulang tahun ibunya tiga bulan lagi. Rumi mulai menabung. Tapi setelah tiga bulan Rumi hanya bisa mengumpulkan uang sebanyak tiga ratus lima puluh ribu sedangkan harga liontin itu sampai dua juta rupiah. Tiba-tiba ada seorang bapak yang membelikan kalung itu untuk Rumi karena melihat kesungguhan Rumi yang sangat ingin membahagiakan ibunya. Tepat di hari ulang tahun ibunya Rumi memberikan liontin tersebut. Rumi menceritakan bagaimana ia mengumpulkan uang uang jajannya stiap hari hingga kejadian di took perhiasan. Mendengar semua itu Risma sangat terharu dan merasa sangat bahagia.
Di lain pihak, Andre yang telah menikah dengan Rieska belum juga memiliki keturunan. Rieska divonis mandul oleh dokter. Mendengar kenyataan itu ibu Andre sangat terpukul. Andre sendiri sudah mencoba berbagai pengobatan tapi tak kunjung berhasil. Tuntutan memiliki anak dari orang taunya membuatnya sangat terpukul, Rieska juga tertekan secara psikologis.
Malam itu, Andre kembali teringat tentang Risma dan tiba-tiba ia ingat jika Risma memiki dari dirinya. Anak yang memiliki darah keturunan Soemoatmojo. Ia memberi tahu ibunya dan sejak hari itu, kesibukan mereka hanya mencari tahu keberadaan Risma. keadaan ini membuat Rieska menjadi semakin merasa tak berarti. Ia sempat bertengkar hebat dengan Andre. Lama kelamaan ia memutuskan untuk meminta cerai pada Andre yang membuat Andre makin terpuruk.
Suatu hari, ibu Andre berkata telah menemukan Risma yang ternyata masih berada di Malang, namun ia melarang Andre menemuni Risma dan berniat menemuinya sendiri. Andre merasa tenang mengetahui hal itu dan ia tak sabar bertemu anaknya.
Ibunya Andre menemui Risma dan menceritakan semua yang terjadi. Risma mendengarkan cerita itu dengan seksama, ada kerinduan untuk melihat Andre namun ia sadar statusnya. Satu hal yang sangat menyakitkan adalah saat Ibunya Andre kembali memintanya untuk mengijinkan Rumi ikut dengan mereka. Setelah memikirkan dengan matang, Risma merasa tawaran dari Ibunya Andre yang akan menyekolahkan Rumi hingga jenjang yang cukup tinggi cukup layak untuk Rumi, ia juga berhak bertemu Rumi setiap akhir bulan. Ia juga sebenarnya sangat ingin Andre mengenal Rumi.
Rumi awalnya menolak dipisahkan dari ibunya, namun ia menurut ketika tau ibunya bisa menjenguknya tiap akhir bulan. Sesampainya di Surabaya, Rumi terlihat senang melihat keramaian malam yang tak biasanya ia lihat di Malang. Andre takjub melihat Rumi yang adalah darah dagingnya sendiri. Di rumah Andre, mereka mengatakan Rumi sebagai anak angkat dan memanggil Andre dengan sebutan “paman” karena belum waktunya Rumi diberitahu tentang yang sebenarnya. Andre memasukkan Rumi ke sekolah baru bertaraf internasional yang memiliki semua fasilitas pendidikan.
Rumi telah cukup lama tinggal di rumah itu namun ibunya tak kunjung datang menjenguknya. Hal itu membuat Rumi murung dan terus mengurung diri di dalam kamar. Tapi kemudian Rumi kembali bersemangat sekolah, keinginan yang kuat dalam dirinya untuk membahagiakan Ibu bahwa ia bisa menjadi dokter telah membuat Rumi makin dewasa dalam menyikapi semua hal. Di sela kerinduannya Rumi menulis buku harian tentang kerinduannya pada sosok ibu. Suatu ketika Andre membaca buku harian itu hingga membuatnya merasa sebagai lelaki yang sangat bodoh di dunia. Andre pun menangis ia sangat menyesal dulu meninggalkan Risma.
Di akhir bulan, Rumi diijinkan  untuk pulang ke Malang, ia sudah sangat Rindu kepada Ibunya. Akhirnya Rumi pergi ke Malang ditemani oleh Ibunya Andre. Saat sampai di Malang, Rumi langsung berlari memeluk Ibunya, ada rasa rindu yang meluap ketika melihat Ibunya.
Bertemu kembali dengan Rumi membuat semua rasa rindu Risma tertumpah. Setiap kali melihat kebahagiaan Rumi saat menceritakan tentang sekolah barunya, Risma juga ikut bahagia dan merasa keputusannya untuk mengijinkan Ibunya Andre membawa Rumi adalah tepat. Mereka berbincang hingga pukul satu malam dan Rumi terlelap di pelukan ibunya diiringi lagu Kasih Ibu yang dinyanyikan Risma.
            Hari-hari  berlalu dengan sempurna. Rumi tumbuh besar dan kini sudah masuk SMP. Ia diterima masuk di sekolah  favorit di Surabaya. Risma yang mendengar kabar itu pun sujud syukur karena Rumi dapat melewati ujian dengan baik, meskipun ia tak ada di sampingnya.
Perceraian Andre dengan Rieska sangat mempengaruhi kesehatan Ayah Andre yang kemudian terkena stroke. Kondisi itu yang membuat Andre menjadi sangat sibuk mengurus perusahaan-perusahaannya.       Keadaan Ayah Andre semakin memburuk setiap harinya dan beberapa hari berselang ajal pun menjemputnya.
Sejak kematian Ayahnya, Andre pun semakin sibuk dengan urusan pekerjaan. Sedangkan Rumi lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar. Pada saat azan ashar terdengar, Rumi teringat setiap kali ia dan Ibunya yang berjualan di stasiun , mereka biasanya singgah di musholla kecil yang berada di tepi jalan. setiap kali ada masalah,biasanya Ibunya akan shalat dan berdiam diri di sana.
          Minggu berlalu, Rumi pun semakin aktif di kegiatan ekstrakurikuler  di sekolah. Sudah hampir dua tahun Rumi tak mendengar kabar ibunya. Rumi sudah naik kelas. Andre pun semakin sibuk dan jarang  berada di rumah. Rumi mencoba menepis kegelisahannya dengan menambah ekstrakurikuler. Meski kegiatan ekstrakurikulernya sangat padat, namun Rumi tak mampu melupakan bayangan ibunya, ia merasa sangat kesepian.
          Suatu hari, Rumi tak sanggup lagi menahan rasa rindunya, ia pun mencari Ibunya ke rumah dimana mereka tinggal dulu. Namun rumah itu kosong. Rumi panik dan terus cari ibunya, namun tak ada yang mengetahui keberadaan ibunya. Kepergian Rumi selama dua hari itu membuat Andre dan Ibunya sangat panik. Setelah mencari kesana-kemari ternyata tak ada hasil, mereka pun yakin Rumi pergi ke Malang untuk menemui ibunya, Risma. Di perjalanan Ibunya Andre menelepon Risma, Risma menyarankan Ibunya Andre mencari Rumi di suatu musholla dekat pasar yang terletak di tepi jalan. Andre dan ibunya pun langsung kesana. Ternyata benar Rumi ada di sana, ia tampak sangat lemah. Setelah Rumi tenang, mereka pun mencoba mengajak Rumi pulang. Namun Rumi bersikeras ingin bertemu dengan ibunya. Sementara Ibu Andre mencoba berkali-kali menelepon Risma. Namun tidak ada jawaban.
          Sementara itu, telah terjadi kecelakaan mobil angkutan umum yang ditumpangi Risma. Risma yang luka parah pun langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang serius. Rumi terlihat sangat gelisah, sudah sejak lama ia menunggu, namun  Ibunya tak juga ada kabar.
          Waktu berlalu, sejak kejadian di Malang itu akhirnya Rumi kembali bersekolah lagi. Semua berjalan seperti biasa. Tidak ada kabar lagi dari Risma, Risma menghilang begitu saja. Sekarang Rumi sudah beranjak dewasa, Rumi tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan pintar. Kini ia sudah memasuki kelsa 3 SMA yang sebentar lagi akan ujian.  Namun, selama beberapa tahun ini Rumi selalu mencari Ibunya yang seakan hilang ditelan bumi. Terkadang, hadir dibenaknya bahwa Ibunya telah meninggal.
          Suatu hari, ketika Rumi sedang mengemudikan mobilnya secara tak sengaja ia menyerempet seorang gadis yang akan berangkat ke sekolah. Rumi dengan sikap dewasa segera turun dan meminta maaf kepada gadis tersebut. Rumi segera bertanggungjawab dan membawa gadis itu ke rumah sakit.           Penampilan gadis itu sangat sederhana, tanpa riasan, berkulit cokelat, dan terlihat manis dengan kacamata yang ia pakai. Ada perasaan aneh yang menjalar dalam diri Rumi saat melihat gadis itu. Rumi benar-benar jatuh cinta dengannya. Gadis itu bernama Nadia, ia duduk di kelas 2 SMA.
          Sejak hari itu Rumi sangat dekat dengan Nadia, mereka sering belajar bersama bahkan Rumi pun sering mengantar dan menjemput Nadia. Kehadiran Nadia benar-benar membuka hal yang baru bagi Rumi, hidupnya kini lebih bersemangat. Meski sudah dekat, Rumi tetap mengaggap Nadia sebagai temannya. Walaupun  ia sangat menyukainya.
          Hubungan Rumi dan Nadia sudah diketahui oleh Andre, ia hanya menganggap bahwa Rumi masih dalam fase cinta monyet. Namun lain halnya dengan Ibu Andre, ia menegur Rumi agar lebih fokus ke sekolah disbanding berhubungan dengan perempuan.
          Pagi itu, Rumi sangat bersemangat ke sekolah. Seminggu lagi akan ada ujian kelulusan. Seperti biasa Rumi menjemput Nadia untuk berangkat bersama.  Di sebuah perempatan lampu merah, Nadia melihat seorang pengemis buta di tepi jalan. Nadia melemparkan uang ke kotak yang ada di depan pengemis buta itu.
Pendaftaran mahasiswa baru selalu menjadi peristiwa yang ditunggu. Ibu Andre menawarkan Rumi agar kuliah di luar negri, namun Rumi tidak mau, ia ingin kuliah di tanah kelahirannya Malang. Pilihan Rumi jatuh ke sebuah universitas terkenal di Malang yang populer yang disebut Kampus Biru. Di sana ia mengambil fakultas kedokteran sama seperti Andre juga sesuai dengan cita-citanya. Andre kemudian mengantar Rumi berkeliling kampus yang sejak dulu teduh dan asri.
Beberapa minggu kemudian, Rumi dinyatakan lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru. Keinginannya untuk kuliah di kota Malang terwujud. Sebenarnya selain karna impiannya, ia pun berkeinginan untuk menemukan Ibunya.
Kedekatan Rumi dan Nadia semakin erat. Di Batu pula Rumi menyatakan cintanya kepada Nadia. Nadia pun  menerimanya. Ibu Andre yang kemudian  mengetahui hubungan Rumi dan Nadia yang makin erat, lalu ia mencoba mencarikan gadis yang sederajat untuk Rumi , seperti ia mencarikan jodoh untuk Andre dulu. Meskipun ia merasa sikapnya dulu tak tepat tapi ia ingin menjaga darah murni keturunan Soemoatmojo. Diam-diam Rumi dijodohkan dengan seorang gadis cantik anak pengusaha terkenal dari Jakarta. Kirana, seorang model yang cukup ternama dan memiliki garis keturunan keraton Jawa. Rumi yang saat itu kembali ke Surabaya untuk menjenguk neneknya  kaget ketika ia mengetahui bahwa dirinya akan dijodohkan. Ia melihat kirana dengan seksama, gadis yang akan dijodohkan dengannya cantik, namun ia sama sekali tidak tertarik. Dihatinya kini sudah ada Nadia, cinta pertama  sekaligus terakhir yang ia inginkan.
Melihat ketampanan Rumi, Kirana pun langsung jatuh hati. Namun Rumi merasa tak suka dengan gadis manja itu. Rumi merasa bersalah karena menentang keinginan neneknya, namun ia juga yakin dengan keputusannya memilih dan mempertahankan Nadia.
Jalanan di kota Malang begitu tenang saat akhir pekan. Rumi menghabiskan waktunya bersama Nadia. Mobil yang dikendarai Rumi kemudian berhenti di perempatan lampu merah. Nadia melihat seorang pengemis wanita buta yang sedang mencari uang didalam kantongnya, ia segera membuka jendela mobilnya untuk memberikan sejumlah uang kepadanya.  Rumi kagum atas sikap kedermawaan Nadia. Setelah mengantar Nadia, Rumi kembali memacu mobilnya dengan pelan, ia melihat pengemis buta itu. Wajahnya terlihat sudah rapuh dimakan usia. Namun ada kecantikan yang terpancar dari wajahnya yang lusuh itu. kedua matanya buta, pengemis itu hanya mampu duduk di trotoar menunggu orang memberinya uang. Syaup kemudian terdengar nyanyian.
Kasih ibu...sepanjang jalan
Tak terkira selama-lamanya..
Kasih ibu…
Rumi teringat akan suara Ibunya yang biasanya menyanyikannya untuknya. Air mata Rumi tak terasa menetes, ia rindu akan Ibunya.
Sesampai di rumah, Rumi ditelpon neneknya yangmeminta Rumi menjemput Kirana besok  di bandara dan menemaninya selama berada di Malang. Rumi beralasan ada kuliah dan tidak bisa menjemput Kirana, namun neneknya memaksa. Rumi merasa kembali suntuk, penat yang sebenarnya tak harus ia rasakan. Rumi kemudian ke perempatan lampu merah, entah kenapa ada keinginan dalam hatinya untuk mengamati pengemis buta di tempat itu.
Rasa iba sekaligus penasaran hadir di hati Rumi. Ia terus saja memperhatikan pengemis buta itu hingga matahari condong ke barat.
Keesokan harinya, Rumi dimarahi oleh neneknya karena tak mau menemui Kirana. Rumi pun merasa kesal. Tiba-tiba ia mengingat pengemis yang ada di lampu merah, Rumi pun menuju ke tempat itu. Sayup ia mendengar pengemis buta itu menyanyikan lagu “Kasih Ibu” dengan suara yang sangat ia hafal, suara ibunya! Tapi, apa mungkin pengemis itu ibunya? Ia kemudian mengikuti pengemis buta itu. akhirnya, Rumi pun tahu bahwa pengemis itu ibunya dari liontin yang dulu ia berikan saat masih anak-anak. Rumi tak kuasa menahan haru, mereka berpelukan sangat erat, air mata membanjiri pipi Rumi, begitu juga Risma. Melihat kondisi ibunya dan juga tempat tinggal Rumi benar-benar merasa bersalah.
Rumi meminta ibunya untuk tinggal bersamanya namun Risma menolak karena tak mau mengganggu kehidupan Rumi yang sudah sempurna. Tiba-tiba Risma batuk. Ia memegangi dadanya yang sakit dan Rumi melihat bercak darah dari tangan ibunya yang digunakan untuk menahan batuknya. Ia langsung membawa ibunya ke rumah sakit.
Dari hasil pemeriksaan di rumah sakit diketahui bahwa Risma menderita penyakit TBC yang sudah akut. Rumi pun berhasil membujuk ibunya untuk tinggal bersamanya. Risma tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan. Ia bersujud sangat lama dalam sahlatnya.
Pagi-pagi sekali Rumi sudah bangun, ia ingin sekali menjadi imam dalam shalat bersama ibunya. Saat matahari muncul, Rumi membuatkan sarapan untuk ibunya.
Sementara itu, Andre terdiam di meja makan karena ibunya terus saja mengeluhkan sikap Rumi. Sebenarnya Andre tak setuju dengan keinginan ibunya, namun seperti dulu, ia tak pernah menentangnya.
Kebahagiaan Risma yang kembali  bertemu Rumi membuatnya merasa sangat bersyukur, tak ada lagi beban di hatinya.
Hari itu, Rumi dan Kirana datang ke Surabaya. Sepanjang perjalanan kuping Rumi panas mendengar ocehan Kirana. Kirana sangat kesal ceritanya tidak direspon Rumi, ia pun sadar Rumi tidak menyukainya. Nenek sangat kesal kepada sikap Rumi yang terus mengacuhkan Kirana.  Neneknya ingin Rumi segera menikah dengan Kirana. Rumi menolaknya dan memilih melepaskan semua pemberian Nenek dan keluar dari rumah. Ia ingin tinggal bersama ibunya dan merawat ibunya yang sakit-sakitan selama ini. Andre mencoba mencegahnya, namun sia-sia.
Keputusan Rumi yang melepas semua warisan, membuat kalang kabut keluarga Andre. Setiap hari Rumi selalu menemani ibunya. Ia bahkan sudah mencari kontrakan yang lebih kecil supaya ibunya dapat mengingat ruangan dengan mudah.
          Saat rumi pulang ke rumah, ia melihat Andre di kontrakannya, Rumi bingung melihat bekas airmata di wajah ibunya. Ia juga melihat kegelisahan Andre. Risma pun bercerita bahwa Andre adalah ayah kandungnya. Rumi tidak percaya dengan hal itu. Ketika ibunya bercerita barulah Rumi percaya. Hal itu membuatnya marah sekaligus sedih. Orang yang selama ini di anggapnya paman adalah Ayah kandungnya sendiri.
          Tiba-tiba batuk, bercak darah kemudian terlihat di telapak tangan Risma, lalu ia langsung dilarikan ke rumah sakit. Di dalam kamar perawatan Rumi tanpak gelisah. Ia tak henti berdoa untuk ibunya. Semalaman Risma tak sadarkan diri.
          Tak lama kemudian datanglah Andre dan ibunya. Ibu Andre yang tadi bersiskukuh mengambil Rumi kembali, tiba-tiba sangat merasa bersalah melihat keadaan Risma seperti itu. Ibu  Andre kemudian meminta maaf kepada Risma.
Tepat pukul 10 malam , tiba-tiba Risma menggerakkan jemarinya dan Rumi segera menuju ke sampingnya. Andre ikut duduk di sisi sebelahnya dan menangis melihat keadaan Risma. Risma kemudian menggerakkan kembali tangannya seakan ingin memeluk. Rumi mengecup kening ibunya dan menghapus airmata yang menetes di pipi.
          “Ayahmu.. temui ayahmu..” ucap Risma lirih.
          Mendengar itu Andre segera mendekat. Ia mengusap kening Risma dan menggemgam jemarinya, “aku di sini Ris, bersamamu,” ucapnya. Tak lama kemudian, genggaman tangan Risma terasa mengendur. Rumi yang menyadarinya akhirnya menangis dan memeluk ibunya. Risma akhirnya menghembusakan nafas terakhirnya bersama orang-orang yang dicintainya.





Penilaian
·         Kekurangan
ü  Novel ini menceritakan tentang Risma yang hamil di luar nikah, tentu  merupakan contoh yang tidak baik  bagi para remaja.
ü  Biografi penulis tidak ada tertera di buku maupun internet.
ü  Tokoh ibunya Andre tidak diberi nama, sehingga pembaca tidak nyaman dengan sebutan itu.
·         Kelebihannya
ü  Novel ini menceritakan tentang Risma yang selalu tegar menghadapi masalah yang dihadapinya.
ü  Dapat merenungi kembali jasa-jasa ibu terhadap kita.
ü  Novel ini juga mengisahkan tentang bakti seorang anak pada ibunya yang tak merasa malu merawat ibunya yang pernah menjadi pengemis.

Penilaian saya
Novel ini sangat  bagus untuk dibaca,  banyak pelajaran yang dapat kita ambil tentang bagaimana harus menjalani kehidupan yang terasa sulit. Bahwa kita tetap harus mensyukuri kehidupan yang telah diberikan Tuhan walaupun dalam keadaan yang serba tidak berkecukupan. Mengajarkan kita mengenai arti ketabahan dan kasih sayang. Novel ini juga mengingatkan kita tentang jasa seorang ibu yang tak mungkin terbalaskan.





3 komentar:

aychan mengatakan...

isinya membantu banget,,, :) makasih yaaaa,,,,

Nira Janifa Aulia mengatakan...

aku sedih baca bukunya ;(

Unknown mengatakan...

Sedih bangett baca bukunya 😭

Posting Komentar

 

blognya Dina ^_^ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea